Kamis, 23 Agustus 2012

Latar Belakang Surat 1 Yohanes.

Ketika surat 1 Yohanes ditulis, telah ada komunitas Yohanin (pengikut Yohanes). Mereka terdiri atas beberapa gereja rumah di kota Efesus dan sekitarnya. Dalam komunitas tersebut, ada dua kelompok pemahaman yang pemahaman iman dan penerapan tindakan etisnya bukan hanya belum sepenuhnya kristiani, bahkan cenderung menyimpang, selain dari kelompok yang tetap memegang ajaran yang benar. Ada yang meninggikan gambaran tentang Yesus sehingga merendahkan gambaran tentang hukum, dan yang lain merendahkan gambaran tentang Yesus sehingga meninggikan gambaran tentang hukum. Kelompok Yahudi-Kristen sulit menerima ke-mesias-an Yesus, dan hukum Taurat dijunjung tinggi. Pemahaman seperti ini memiliki beberapa kesamaan pandangan dengan sekte Yahudi yang disebut Kaum Ebionit. Kelompok Kriten-Yunani masih terpengaruh oleh sistem keslamatan Yunani yang berdasarkan pada pemahaman dualistik (“Gnostik”). Mereka sulit menerima kemanusiaan Yesus, sehingga karya Yesus di salib bukanlah sesuatu yang penting, bahkan dianggap bukanlah sesuatu yang nyata bagi mereka. Pemahaman yang demikian ini dekat dengan apa yang kemudian disebut sebagai kaum Doketis.
Namun bisa dikatakan, penyimpangan iman ini justru disebabkan oleh pemahaman mereka yang tidak menyeluruh dari pengajaran yang terdapat dalam Injil Yohanes itu sendiri.
Misalkan ada pemahaman dalam kelompok mereka yang mengatakan bahwa mereka itu tanpa dosa, tidak mungkin berdosa karena  mereka percaya pada Yesus, bagaimanapun tindakan dan kehidupan mereka. Hal ini mungkin diakibatkan oleh karena kesalah pahaman mereka bahwa berdosa adalah tanda ketidakpercayaan (Band. Yohanes 8:31-47). Penulis mengingatkan bahwa dosa itu nyata, harus diakui keberadaannya, sehingga karya pengorbanan Yesus di kayu salib itu menjadi nyata dan bahwa dunia ini membutuhkan penyelamatan dari dosa melalui Kristus (Pasal 1:7,9; 2:1). Klaim yang lain adalah yang dikutip langsung dari Injil Yohanes bahwa mereka yang mengenal Allah, tinggal di dalam Yesus dan berjalan di dalam terang. Meskipun klaim ini memang benar bila mereka adalah orang percaya yang sejati, namun penulis  1 Yohanes menunjukan bahwa klaim mereka ini tidak memiliki dasar dalam hidup mereka karena hidup mereka yang menyimpang dalam tingkah laku, karena mereka mengabaikan hidup-yang-terpusat-pada-Yesus yang menjadi isi dari iman dan kehidupan orang percaya yang hidup dalam kasih (Pasal 2:5-6, 10).  
Bagi musuh-musuhnya yang menyimpang, baik yang terpengaruh pemahaman Yahudi maupun yang terpengaruh pemahaman Yunani, penulis 1 Yohanes memberikan pemahaman Kristologi yang lebih seimbang. Bagi yang membesarkan kemanusiaan Yesus dengan dasar perkataan Yesus “Bapa lebih besar dari aku” (Yohanes 14:28), penulis menekankan bahwa Yesus itu ada sebelum segala sesuatu ada, kudus dan akan kembali dalam kemuliaan pada akhir jaman (1 Yoh 2:13-14, 20, 28-29; 3:2,3,5,7; 5:20). Bagi para mantan orang kafir yang sangat menekankan keilahian Kristus (dengan dasar dari ayat ayat seperti Yoh 10:25-38), penulis menekankan kembali kemanusiaan Yesus, yang kehidupan dan kematianNya adalah sungguh-sungguh terjadi dan nyata (1 Yoh:2:6; 4:2, 9, 17; 1:7-9; 2:2, 12; 3:5, 8, 16; 4:10). Untuk kedua kelompok penulis memberikan gambaran Kristologi yang menjaga ketegangan tentang kebenaran bahwa Yesus adalah satu dengan Allah namun juga satu dengan manusia (Psl 1:1-4; 2:22-23; 5:1).
Kesalahan etis yang timbul dari kesalaham pemahaman ini kemudian diluruskan dengan mengingatkan kembali dengan mengungkapkan lagi masalah kasih, namun dengan sebuah kesadaran yang lebih mendalam dan personal (Psl 2:7-8), kasih itu bukan sesuatu yang dimiliki namun adalah esensi dari keberadaan manusia yang hidup dalam terang. Perintah Kristus tentang kasih tidak dapat dipisahkan dari iman mereka dan berlaku bagi seluruh manusia. Penulis menawarkan sebuah etika yang yang mengkombinasikan perintah (3:11 “Kita harus saling mengasihi”) dengan sebuah pernyataan (4:19 “Kita mengasihi karena Allah terlebih dahulu mengasihi kita”).
Penulis juga menekankan karakter “pengorbanan” dari peristiwa kematian Yesus (1 Yoh 1:7; 2:2; 3:16; 4:10), yang dalam Injil Yohanes fungsi penembusan dosa dari kematian Yesus kurang nampak dan yang lebih nampak adalah aspek pemuliaan dari Yesus dalam peristiwa salib itu (Yoh 1:29, 36; 3:14-16; 10:14-18; 11:50-52). Penulis meminjam eskatologis futuristik dari Injil Yohanes (Yoh 5:25-29; 6:44) dan menggunakannya kembali untuk menujuk kepada orang yang mengaku dalam persekutuan dengan Yesus, namun tindakan moral mereka tidak layak dan menyebut orang yang demikian tersebut sebagai Anti Kristus yang akan datang pada hari-hari akhir dunia (1 Yoh 2:18; 3:2).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar