Sabtu, 18 Agustus 2012

Kenapa Manusia Taat?

Bahan : Ulangan 2:26-37 (Bahan Renungan GKP Minggu, 19 Agustus 2012)
26  "Kemudian aku menyuruh utusan dari padang gurun Kedemot kepada Sihon, raja Hesybon, menyampaikan pesan perdamaian, bunyinya:
27  Izinkanlah aku berjalan melalui negerimu. Aku akan tetap berjalan mengikuti jalan raya, dengan tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri.
28  Juallah makanan kepadaku dengan bayaran uang, supaya aku dapat makan, dan berikanlah air kepadaku ganti uang, supaya aku dapat minum; hanya izinkanlah aku lewat dengan berjalan kaki — 
29  seperti yang diperbuat kepadaku oleh bani Esau yang diam di Seir dan oleh orang Moab yang diam di Ar — sampai aku menyeberangi sungai Yordan pergi ke negeri yang diberikan kepada kami oleh TUHAN, Allah kami.
30  Tetapi Sihon, raja Hesybon, tidak mau memberi kita berjalan melalui daerahnya, sebab TUHAN, Allahmu, membuat dia keras kepala dan tegar hati, dengan maksud menyerahkan dia ke dalam tanganmu, seperti yang terjadi sekarang ini.
31  Lalu TUHAN berfirman kepadaku: Ketahuilah, Aku mulai menyerahkan Sihon dan negerinya kepadamu. Mulailah menduduki negerinya supaya menjadi milikmu.
32  Kemudian Sihon dan seluruh tentaranya maju mendatangi kita, untuk berperang dekat Yahas,
33  tetapi TUHAN, Allah kita, menyerahkan dia kepada kita, sehingga kita mengalahkan dia dengan anak-anaknya dan seluruh tentaranya.
34  Pada waktu itu kita merebut segala kotanya dan menumpas penduduk setiap kota: laki-laki dan perempuan serta anak-anak. Tidak ada seorangpun yang kita biarkan terluput;
35  hanya hewan kita rampas bagi kita sendiri, seperti juga jarahan dari kota-kota yang telah kita rebut.
36  Mulai dari Aroer, di tepi sungai Arnon, dan kota di lembah itu, sampai Gilead tidak ada kota yang bentengnya terlalu kuat bagi kita; sebab TUHAN, Allah kita, menyerahkan semuanya kepada kita.
37  Hanya negeri bani Amon tidak engkau dekati, baik sungai Yabok sepanjang tepinya maupun kota-kota di pegunungan, tepat seperti yang dilarang TUHAN, Allah kita."
Dalam kisah Alkitab, Musa tidak hanya membawa umat Israel keluar dari Mesir, namun ia juga memimpin penaklukan daerah seberang Yordan. Pada bagian ini yang menjadi fokus adalah bagian pertama dari Perang Suci Allah. Ini adalah perang suci Allah, dan seluruh Israel, dalam masa lalu dan masa akan datang, akan memiliki bagian dalam perang ini.
Struktur ayat 2:26-3:11 berfokus pada peran Allah dalam penaklukan kerajaan Sihon, dari Arnon sampai Yabok. Jelas sekali Allah-lah yang memerintahkan baik Musa (ayat 31) dan yang menyerahkan Sihon kepada orang Israel (ayat 33).
Banyak yang telah dikatakan tentang ketidakjelasan dari refleksi Ibrani kuno tentang hubungan antara kebebasan manusia dan kedaulatan ilahi. Jika Allah bertanggung jawab untuk "pengeras kepala-an" Sihon dan "ketegaran hatinya," bagaimana bisa Sihon, dimintai pertanggungjawaban atas tindakannya? Salah satu solusinya adalah dengan setuju pada Craigie ([1976] h. 116), bahwa Pada dasarnya "manusia adalah bebas dan bertanggung jawab dalam tindakan, tetapi tindakan semua manusia harus dilihat dalam sejarah, dan Tuhan adalah Tuhan dari sejarah." tingkat rasional posisi ini tidak diragukan lagi benar, paling tidak secara prinsip, tapi gagal untuk mengenali kedalaman pemahaman intuitif orang Ibrani kuno.
Salah satu pelajaran utama dari kitab Yunus adalah bahwa kebebasan manusia tidak seperti apa tampaknya. Yunus pikir dia bebas untuk "melarikan diri dari hadapan YHWH" (Yunus 1:3). Di satu sisi ia mencapai tujuan tersebut ketika ia jatuh ke kedalaman, “jauh dari kehadiran(Allah)”  (2:4). Tapi saat ia "turun" ke akhirat, dengan siapa dia bertemu? YHWH sendiri membawa dia keluar dari lubang tersebut dalam keadaan hidup-hidup (2:6). Yunus tidak sebebas yang dia bayangkan untuk tidak mematuhi YHWH. Laksana anjing pencari dari surga, YHWH terus mengejar mangsanya sampai Yunus akhirnya sampai ke kesadaran batin akan kehadiran Allah. Cerita Yunus [adalah] sebuah metafora yang kuat untuk kisah eksodus, yang pada gilirannya adalah metafora untuk perjalanan kehidupan seorang individu hari ini.
Ada batas yang terhadap kebebasan manusia untuk melakukan apa yang ingin mereka pilih. Sering ada kekuatan internal, atau apa yang kadang disebut sebagai "ke-kompleks-an", dari banyak sekali hal yang terlibat dalam membentuk respon dan tindakan kita, lebih banyak dari yang kita kira. Kita jarang benar-benar bebas untuk melakukan atau menjadi apa yang kita inginkan. Paulus berbicara tentang kekuatan-kekuatan batin ketika ia mengatakan bahwa “Demikianlah aku dapati hukum ini: jika aku menghendaki berbuat apa yang baik, yang jahat itu ada padaku.  Sebab di dalam batinku aku suka akan hukum Allah,  tetapi di dalam anggota-anggota tubuhku aku melihat hukum lain yang berjuang melawan hukum akal budiku dan membuat aku menjadi tawanan hukum dosa yang ada di dalam anggota-anggota tubuhku.” (Rm 7:21 -23).`
Allah bekerja dalam sejarah, tetapi ia juga bekerja dalam dan melalui pikiran bawah sadar, apa yang oleh orang Ibrani kuno disebut "hati." Ketika teks menegaskan bahwa YHWH "mengeras kepalakan" Sihon dan "menegarkan hatinya" (2:30), penulis menggambarkan kebenaran rohani yang mendalam. Seperti Firaun dalam peristiwa Keluaran, Sihon tidak bebas untuk bertindak dalam logika sederhana dan mengikuti ketertarikan terbaiknya. Sebaliknya, dengan sembrono mengabaikannya dan dengan demikian dia melakukan tindakan yang membawa kematiannya sendiri. Jika kita memiliki mata untuk melihat, kebanyakan dari kita bisa melihat diri kita dalam pribadi Sihon. Terlalu sering kita adalah musuh kita sendiri terburuk, karena kita tidak sebenarnya bebas untuk bertindak atas keinginan sadar kita.
Orang Yunani kuno mengeksplorasi fenomena ini secara mendalam dalam sastra dan mitologi. Oedipus tidak bisa melarikan diri dari keharusan membunuh ayahnya sendiri, yang oleh para dewa telah dikatakan harus terjadi. Kekuatan "sejarah" bekerja tanpa henti untuk mewujudkan takdirnya. Apakah hal itu berbeda dari Sihon, atau dengan salah satu dari kita yang bangga tentang apa yang sepertinya adalah kebebasan kita? Kita tidak pernah benar-benar bebas sampai pikiran sadar kita dibawa ke dalam keselarasan dengan "hati" (pikiran bawah sadar), di mana Allah dapat ditemukan. Seperti kereta kecil dari cerita anak-anak, yang sangat ingin bebas dengan melompat keluar dari trek, pengejaran kita kebebasan sering merusak diri sendiri.

1 komentar:

  1. Lucky Club Casino site review - Lucky Club
    Lucky Club Casino is a new online casino launched last month. They are currently luckyclub offering casino games, casino games, virtual sports,  Rating: 4.4 · ‎Review by Lucky Club Casino

    BalasHapus